Iran - Amerika Terancam Perang, Ini Efeknya Pada Ekonomi RI

Seputar Berita - Panasnya suhu politik di Timur Tengah merambat sampai ke Indonesia. Kemelut di antara Amerika Serikat serta Iran membuat indeks harga saham kombinasi memerah serta kurs rupiah pada dolar AS melemah.

Iran - Amerika Terancam Perang, Ini Efeknya Pada Ekonomi RI

Pada penutupan perdagangan sore hari ini, Rabu, 8 Januari 2020, kurs rupiah pada dolar AS yang ditransaksikan antar bank di Jakarta melemah bersamaan eskalasi perselisihan di antara ke-2 negara itu. Rupiah ditutup melemah 22 point atau 0,16 % di level Rp 13.900 per dolar AS dibanding urutan hari awalnya Rp 13.878 per dolar AS.

"Di hari Rabu, Iran tembakkan rangkaian roket ke dua pangkalan udara AS-Irak jadi respon pertamanya pada pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani oleh serangan udara AS," kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Rabu.

Iran mendobrak pangkalan udara Irak Al Asad pada Rabu pagi, 8 Januari 2020 yang memuat pasukan Amerika Serikat. Serangan dikerjakan beberapa saat selesai pemakaman Jenderal Iran Qasem Soleimani, komandan militer terpenting Iran itu.


Tidak hanya kurs rupiah, indeks harga saham kombinasi ikut juga memerah. Pada penutupan perdagangan ini hari, Rabu, 8 Januari 2020, IHSG ditutup melemah 53,66 point atau 0,85 % ke urutan 6.225,69. Sesaat barisan 45 saham favorit atau indeks LQ45 bergerak turun 9,19 point atau 0,91 % jadi 1.014,64.

"Pelemahan IHSG ini hari dipacu sentimen perselisihan di Timur Tengah di antara AS serta Iran dimana pagi hari barusan Iran balas menyerang basis Militer AS di Irak," kata analis Binaartha Sekuritas M Nafan Aji Gusta Penting di Jakarta, Rabu.

Kemelut di antara Amerika Serikat serta Iran menaikkan juga harga minyak serta emas. Harga minyak melompat tinggi level US$ 6 5 per barel di New York sesudah Iran tembakkan roket ke pangkalan udara AS. Tidak cuma harga minyak, harga emas ikut juga melejit. Di Indonesia serta harga emas batangan Antam sudah sampai hampir Rp 800 ribu per gr.

Kematian Soleimani menyulut kecemasan jika perselisihan Timur Tengah bisa meluas serta membuat suplai minyak global terusik. Harga minyak mentah sudah naik seputar 6 % semenjak Amerika membunuh Soleimani dalam serangannya minggu kemarin. Momen ini menyebabkan kemarahan pemerintah Iran yang janji akan membalaskan kematian Soleimani.

Intimidasi perang ke-2 negara, menurut entrepreneur Sofjan Wanandi dapat berefek jelek pada Indonesia. Harga minyak direncanakan akan naik yang akan berefek pada bantuan. "Saya harap jangan perang. Jika perang benar, kita sulit, bantuan kita, kita kan import minyak banyak," tuturnya, Selasa, 7 Januari 2020.

Indonesia, tutur Sofjan, masih tergantung pada import sebab cadangan yang sedikit serta negara belum dapat penuhi keperluan dalam negeri. "Cadangan kita sedikit, rugi kita. Karena itu jangan perang. Jika ia perang kita celaka, bantuan lebih besar," tuturnya.

Melihat efek ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam tempat terpisah mengatakan akan tetap jaga urutan APBN. "Jadi kita tetap jaga APBN, ya kita kerjakan saja kita akan membuat skenario. Sama dengan waktu 2018 itu ada juga gejolak yang lumayan tinggi, tahun 2019 gejolak tinggi. Kami akan menjaga," kata Sri Mulyani di Gedung Djuanda Kemenkeu, Jakarta, Selasa siang, 7 Januari 2020.

Ia menjelaskan keadaan perekonomian serta geo politik tetap jadi alasan dalam membuat serta mengurus APBN. Sedang Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengaku jika kemelut di Timur Tengah membuat harga minyak bertambah.

Walau demikian, katanya, pemerintah akan lihat gerakan ke depan, sebab di APBN 2020 harga minyak direncanakan US$ 65 per barel. Menurut dia, tiap keadaan bisa menjadi perhatian dari pemerintah supaya APBN masih jalankan Free Chip Tanpa Deposit pekerjaan serta manfaatnya jadi instrumen jaga perekonomian. Ia menjelaskan tiap bulan selalu mengupdate APBN.

Hal tidak sama diutarakan Menteri Koordinator Bagian Kemaritiman serta Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Diakuinya tidak begitu cemas akan perselisihan di Timur Tengah serta efeknya pada perekonomian RI. "Kita lihat saja. Iya (harga minyak) tentu naik, tidak apa-apa. Mereka itu hidup kan ada turun naik. Jangan begitu ramai," kata Luhut di kantornya, Jakarta, Rabu, 8 Januari 2020.

Posting Komentar

0 Komentar